Rasio Utang : Pengertian, Jenis, Rumus dan Cara Menghitungnya

Menghitung Rasio Utang - Dalam Perusahaan penting rasanya untuk mengetahui dan menganalisa beberapa unsur dalam data Laporan Keuangan.

Salah satu unsur yang biasanya diperhatikan adalah Utang Usaha karena memang keberlangsungan Perusahaan harus tetap dijaga sesuai dengan kemampuan Perusahaan menyelesaikan kewajiban.

Biasanya Utang usaha ini akan dibuatkan rasio untuk melakukan analisa apakah Utang yang dimiliki Perusahaan masih dalam batas wajar atau tidak.

Jika memang sudah mendekati angka yang kurang wajar rasanya Perusahaan wajib segera mencari cara untuk menyelesaikan Utang yang memang harus segera dibayarkan.

Rasio Utang ini akan menjadi penting karena angka yang dihasilkan merupakan perbandingan antara angka Utang dengan angka lain misalnya Asset.


Menghitung Rasio Utang


Rasio ini akan menghitung apakah Asset yang dimiliki oleh Perusahaan cukup untuk membayar Utang atau Kewajiban yang tercantum pada Laporan Keuangan.

Jika memang angka pada rasio dirasa cukup maka artinya Perusahaan ada dalam kondisi baik tapi sebaliknya jika ternyata angka pada rasio Utang ada pada kondisi yang tidak baik maka ini harus segera diatasi.


1. Definisi Rasio Utang


Rasio atau disebut juga dengan perbandingan adalah membandingkan besaran angka A dengan angka B yang sebenarnya tidak berkaitan sama sekali.

Jadi secara umum jika membahas Rasio Utang maka ini artinya kita akan membandingkan angka Utang dengan unsur angka lainnya.

Lalu, apa itu Rasio Utang ?

Rasio Utang adalah perbandingan antara angka Utang dengan Asset pada sebuah Perusahaan.

Angka hasil perhitungan rasio Utang pada Perusahaan harus selalu dijaga agar nilainya rendah dan stabil tidak menjadi naik.

Karena angka rasio Utang yang rendah menandakan bahwa Perusahaan memiliki kondisi yang sehat serta bisa menyelesaikan kewajiban dengan menggunakan Asset yang dimiliki.

Sebaliknya jika rasio Utang justru ada pada angka yang tinggi maka ini artinya perusahaan sedang dalam kondisi yang kurang baik.

Karena bisa saja dalam kondisi tertentu Perusahaan tidak bisa menyelesaikan kewajiban atau Utangnya dengan menggunakan asset yang dimiliki.

   

Baca Juga : Utang Usaha : Pengertian, Jenis, Manfaat, Contoh dan Jurnal Pada Laporan Keuangan


Salah satu sumber yang digunakan pada perhitungan Rasio Utang tentu saja adalah angka pada Neraca atau Laporan Keuangan.

Meskipun memang bisa saja kita menghitung rasio Utang ini secara langsung tanpa melalui Neraca atau Laporan Keuangan.

Dalam Neraca terdiri angka - angka seluruh aktivitas usaha mulai dari Utang, Kas, Piutang, Modal dan lain - lain.

Berdasarkan kondisi tersebut maka Rasio Utang juga dibagi kedalam beberapa jenis dan tentu dengan rumus serta cara menghitung yang berbeda - beda. 


2. Jenis dan Rumus Rasio Utang


Seperti yang disebutkan diatas bahwa Rasio Utang ini dibagi kedalam beberapa jenis dengan rumus yang juga berbeda - beda.

Untuk jenis serta rumus Rasio pada Utang ini kita akan bahas satu persatu mulai dari Debt Rasio.


2.1 Debt Rasio


Debt Rasio atau Debt to Asset Rasio adalah jenis rasio yang membandingkan kewajiban atau Utang Perusahaan dengan total Aset Perusahaan.

Pada Neraca untuk Utang ini bisanya dibagi kedalam dua jenis Utang yaitu Utang Jangka Pendek dengan Utang Jangka Panjang.

Utang yang dimaksud pada Debt Rasio adalah dua jenis Utang diatas yaitu Utang Jangka Pendek dengan Utang Jangka Panjang atau dengan kata lain Utang pada rasio ini merupakan jumlah dari kedua jenis Utang tersebut.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Debt Rasio adalah sebagai berikut :


Debt Rasio = Total Utang / Total Asset

  • Total Utang : jumlah Utang Perusahaan yang terdiri dari Utang Jangka Pendek dengan Utang Jangka Panjang
  • Total Asset : jumlah seluruh aset dan pada Neraca


Untuk dasar perhitungan Rasio Utang diatas tidak terbatas hanya pada Neraca saja karena bisa saja kita menghitung Rasio dengan dasar angka secara langsung.

Dari rumus tersebut maka maksimal angka Rasio Utang sebaiknya ada diangka 1 saja dan ini artinya jumlah Utang akan sama dengan jumlah Asset.

Meskipun angka tersebut termasuk kedalam kategori yang kurang baik tapi setidaknya Perusahaan masih bisa menyelesaikan seluruh kewajiban dengan menggunakan Asset yang dimiliki.

Sedangkan hasil yang baik tentu adalah angka Rasio Utang ada dibawah angka 1 karena ini artinya Perusahaan bisa menyelesaikan kewajiban atau Utang dengan menggunakan Asset yang ada.

Bahkan jumlah Asset tersebut masih memiliki kelebihan jumlah dibandingkan dengan angka Utang perusahaan.

Sebaliknya jika hasil dari Rasio Utang atau Debt Rasio ini ada diatas angka 1 tentu ini kondisi yang harus menjadi perhatian karena jumlah Utang jauh lebih besar dibandingkan Asset yang dimiliki.

Pada kondisi normal dan angka yang digunakan adalah Neraca seharusnya hasil Rasio Utang diatas angka 1 ini tidak akan muncul.

Karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa pada Neraca posisi total Aset akan sama dengan Utang ditambah dengan Modal.

Ini artinya jika seluruh Modal awal dimulai dengan menggunakan pinjaman maka tetap saja jumlah total asset dengan Utang pada rasio Utang ini jumlahnya maksimal adalah 1.


2.2 Debt to Equity Ratio


Selanjutnya jenis Rasio Utang yang kedua adalah Debt to Equity Ratio dan pada Rasio ini jumlah Utang akan dibandingkan dengan Equity.

Apa itu Equity ?

Equity atau Ekuitas adalah hak pemilik Perusahaan yang merupakan selisih antara Aset dengan Kewajiban dan biasanya ditampilkan pada Neraca atau Laporan Keuangan.

Equity ini merupakan sumber pendanaan yang disertakan oleh pemilik dan bisa juga bersumber dari hasil usaha perusahaan pada periode tertentu.

Equity ini mungkin akan lebih kita kenal dengan sebutan Modal misalnya untuk contoh pada Laporan Keuangan posisi Equity ini akan ditampilkan pada akun Modal atau Saham.

Merujuk pada pengertian dari Equity diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara Utang dengan Equity atau Modal yang disertakan oleh pemilik atau hasil dari perusahaan.

Rasio ini dihitung dengan tujuan untuk melihat apakah Utang pada Perusahaan bisa diselesaikan dengan Modal yang dimiliki oleh Pemilik atau tidak jika memang terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya kerugian atau hal yang lain.

Biasanya untuk perhitungan Debt to Equity Ratio ini akan lebih difokuskan pada jenis Utang Jangka Panjang.

Karena Investor biasanya akan menghitung sebuah Investasi dalam jangka yang cukup panjang sehingga ratio Utang jangka panjang dengan Modal ini cukup menjadi perhatian yang penting.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut :


Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban / Total Ekuitas


Posisi hasil dari rasio ini akan semakin bagus jika nilai dari hasil tersebut ada pada angka dibawah atau kurang dari 1.

Karena jika hasilnya lebih dari 1 maka artinya jumlah kewajiban melebihi jumlah Equity dari pemilik atau Pemegang saham perusahaan.

Tapi ingat, rasio ini bukan satu - satunya yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan Investor karena tentu untuk menyelesaikan kewajiban masih ada unsur lain yang bisa diperhitungkan yaitu Aset.

    

2.3 Debt to Capital Ratio


Rasio Utang selanjutnya adalah Debt to Capital Ratio dan Rasio ini akan membandingkan Utang dengan total Kewajiban ditambah dengan Modal.

Pada Rasio sebelumnya kita sudah membandingkan Utang dengan Equity atau Modal Pemilik sedangkan pada rasio ini Modal atau Equity akan ditambahkan dengan Kewajiban.

Rasio ini dihitung dengan tujuan untuk melihat seberapa besar Utang digunakan pada operasional Perusahaan dibandingkan dengan Modalnya.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Capital Ratio adalah sebagai berikut :


Debt to Capital Ratio = Total Utang / ( Total Utang + Equitas )


Jika angka rasio yang dihasilkan mendekati angka 1 atau bahkan diatas angka 1 maka ini artinya Perusahaan memiliki resiko yang cukup besar terutama pada pembayaran Utang.

Karena ini artinya Perusahaan membiayai operasional dari Utang Usaha sehingga saat terjadi penurunan laba maka akan muncul potensi kesulitan Perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban.


2.4 Debt to EBITDA Ratio


Rasio Utang yang akan kita bahas selanjutnya adalah Debt to EBITDA Ratio dan pada rasio ini kita akan membandingkan angka Utang dengan EBITDA.

Apakah sudah mengetahui apa itu EBITDA ?

EBITDA adalah jumlah pendapatan perusahaan sebelum dipotong dengan bunga, pajak, depresiasi serta amortisasi.

Rasio ini dihitung dengan tujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan membiayai kewajiban dengan pendapatan tunai atau pendapatan lainnya.

Hasil Rasio Utang yang rendah pada jenis ini tentu akan menggambarkan indikator positif dimana Perusahaan memiliki dana yang cukup untuk menyelesaikan kewajiban pada saat jatuh tempo.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to EBITDA Ratio adalah sebagai berikut :


Debt to EBITDA Ratio = Kewajiban / EBITDA


Angka yang digunakan pada rasio ini memang akan melibatkan Laporan Laba Rugi bukan hanya angka pada Neraca saja.

Karen tentu saja angka yang digunakan pada EBITDA posisinya ada pada Laporan Laba Rugi bukan pada Neraca.

      

3. Contoh dan Cara Menghitung Rasio Utang


Selanjutnya mari kita bahas contoh serta cara menghitung rasio Utang sesuai dengan rumus yang sudah dijelaskan diatas.

Angka yang akan kita gunakan sumbernya dari Neraca tapi mohon dicatat bahwa menghitung Rasio Utang bisa juga dilakukan dengan angka yang diperoleh secara langsung.

Adapun Neraca yang akan kita gunakan sebagai contoh adalah sebagai berikut :


Contoh Menghitung Rasio Utang


Seperti yang terlihat pada contoh tersebut bahwa Neraca sudah menampilkan beberapa angka lengkap dengan masing - masing akun.

Untuk cara menghitung masing - masing rasio Utang mari kita bahas satu persatu sesuai dengan urutan diatas. 


3.1 Contoh Menghitung Debt Rasio


Untuk menghitung Debt Rasio ada dua angka yang akan kita butuhkan seperti yang dijelaskan diatas.

Pertama adalah angka pada akun Total Utang serta yang yang kedua pada akun Total Aset pada Neraca.

Untuk angka Total Asset sebenarnya sudah ada dan ditampilkan secara langsung yaitu sebesar 1.654.531.287 begitupun dengan angka Jumlah Kewajiban pada Neraca diatas sudah ditampilkan yaitu sebesar 693.940.921

Karena dua unsur sudah kita dapatkan maka selanjutnya mari kita hitung Debt Rasio menggunakan rumus diatas.

Adapun cara menghitung Debt Rasio berdasarkan data pada Neraca adalah sebagai berikut :


Debt Rasio = Total Utang / Total Aset

Debt Rasio = 693.940.921 / 1.654.531.287

Debt Rasio = 0.42


Dari contoh perhitungan Debt Rasio diatas kita sudah mendapatkan hasilnya yaitu angka 0.42

Ini artinya PT. Firstfin.web.id memiliki tingkat resiko yang baik jika dilihat dari sudut pandang Debt Rasio.

Karena jumlah Aset yang dimiliki memang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah Kewajiban baik Kewajiban jangka Pendek maupun Kewajiban Jangka Panjang.

 

3.2 Contoh Debt to Equity Ratio


Contoh yang kedua kita akan menghitung Debt to Equity Ratio sesuai dengan angka Utang serta angka Modal yang ditampilkan pada Neraca.

Untuk Debt to Equity Ratio ini angka yang dibutuhkan adalah Utang serta angka Modal Pemilik atau Modal Saham.

Adapun angka Utang yang akan dihitung pada Rasio ini adalah angka Utang secara keseluruhan serta angka Equity yang juga secara keseluruhan.

Pada neraca diatas angka dari dari total kewajiban atau total Utang dan Equitas adalah sebagai berikut :

  • Kewajiban : 693.940.921
  • Equitas : 500.000.000 + 460.590.366 = 960.590.366

Selanjutnya dari dua angka tersebut diatas mari kita hitung Debt to Equity Ratio yaitu sebagai berikut :


Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban / Total Ekuitas

Debt to Equity Ratio = 693.940.921 / 960.590.366   

Debt to Equity Ratio = 0.72


Berdasarkan contoh tersebut maka angka Debt to Equity Ratio dari angka pada Neraca adalah sebesar 0.72

Angka ini sebenarnya hampir mendekati kepada kondisi yang wajib menjadi perhatian secara penuh.

Karena memang angka jumlah kewajiban dengan equity jumlahnya tidak terlalu jauh hanya saja memang angka ini sangat terpengaruhi dengan Utang Jangka Panjang yang memang tidak akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 Tahun secara keseluruhan.


3.3 Contoh Debt to Capital Ratio


Selanjutnya rasio yang ketiga dan akan kita hitung adalah Debt to Capital Ratio dan angka yang akan digunakan pada rasio ini adalah angka kewajiban secara keseluruhan dan angka total Kewajiban yang ditambahkan dengan modal.

Rasio Utang ini sebenarnya mirip dengan rasio kedua yang sudah kita bahas dibagian yang kedua.

Hanya saja pada rasio ini posisi Modal akan ditambahkan dengan Kewajiban terlebih dahulu.

Adapun jumlah angka pada Neraca yang akan kita gunakan pada rasio yang ketiga adalah sebagai berikut :

  • Total Utang : 693.940.921 
  • Total Equitas : 960.590.366

Berdasarkan dua angka dari Neraca tersebut mari kita hitung Debt to Capital Ratio dengan menggunakan rumus diatas.


Debt to Capital Ratio = Total Utang / ( Total Utang + Equitas )

Debt to Capital Ratio = 693.940.921 / ( 693.940.921 + 960.590.366 )

Debt to Capital Ratio = 693.940.921 / 1.654.531.287

Debt to Capital Ratio = 0.42


Berdasarkan perhitungan rasio Utang diatas maka hasil dari Debt to Capital Ratio adalah sebesar 0.42

Ini artinya hampir 50% dari operasional berjalan dengan menggunakan Utang Usaha dan ini tentu ada pada angka yang memang rata - rata tidak terlalu bagus dan juga tidak terlalu buruk.

    

3.4 Contoh Debt to EBITDA Ratio


Cara menghitung rasio selanjutnya kita akan bahas bagian yang paling akhir yaitu Debt to EBITDA Ratio.

Pada Neraca tentu tidak akan muncul angka EBITDA karena memang angka atau jumlah EBITDA akan muncul pada Laporan Laba Rugi.

Untuk contoh perhitungan Debt to EBITDA Ratio kita akan gunakan asumsi angka EBITDA sebesar 82.000.000

Jadi, perhitungan rasio Utangnya adalah sebagai berikut :


Debt to EBITDA Ratio = Kewajiban / EBITDA

Debt to EBITDA Ratio = 693.940.921 / 82.000.000

Debt to EBITDA Ratio = 8.46


Angka atau hasil dari perhitungan diatas maka rasio Utang untuk Debt to EBITDA Ratio adalah sebesar 8.46

Contoh Menghitung Rasio Utang yang sudah dijelaskan diatas akan disesuaikan dengan angka yang muncul  pada Neraca.

Karena memang salah satu data yang bisa dijadikan sebagai sumber untuk membuat Rasio Utang adalah Neraca.

 

4. Fungsi Rasio Utang


Pada dasarnya fungsi dari Rasio Utang adalah untuk menghitung kemampuan Perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban dengan menggunakan Asset.

Selain itu Rasio Utang juga bisa menjelaskan biaya operasional yang digunakan apakah menggunakan modal dari pemilik atau justru menggunakan modal yang sumbernya dari Utang Usaha.

Lalu, apakah penting rasio Utang untuk Investor ?

Tentu tujuan Invenstor menanamkan modal pada sebuah Perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan.

Masalah yang mungkin muncul adalah keuntungan yang didapat tersebut akan menjadi percuma jika ternyata keuntungan yang didapatkan hanya untuk membayar kewajiban saja.

Untuk itu biasanya Investor akan lebih menyukai rasio Utang yang rendah dibandingkan rasio utang yang tinggi atau cukup tinggi.

Karena rasio Utang yang tinggi akan memiliki resiko yang juga cukup tinggi untuk keberlangsungan usaha dalam jangka panjang bahkan mungkin dalam jangka pendek.


5. Penutup


Pada dasarnya penting bagi sebuah Perusahaan untuk menyusun serta menghitung Rasio Utang dari aktivitas dan kegiatan usaha yang dijalankan.

Rasio Utang tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk analisa serta memantau perkembangan usaha dari sisi operasional.

Selain itu tentu jika suatu saat ada Investor yang ingin menanamkan modal pada Perusahaan Anda maka salah satu data yang akan diminta adalah Rasio Utang.

Karena unsur Utang akan menjadi hal yang sangat penting dan diperhatikan dalam data yang dimiliki oleh Perusahaan.

Itulah pembahasan kita kali ini tentang Rasio Utang dan semoga artikel ini bermanfaat untuk semua pembaca.


Sumber referensi :   

https://kledo.com/blog/rasio-utang/

 Ikuti Informasi Terbaru Kami di Google News